Minggu, 24 Maret 2013

Bahrul 'Ulum, Sosok Sederhana Calon Penghuni Surga


Ustadz H. Bahrul ‘Ulum, seorang pria kelahiran kota Karawang pada 8 Februari 1962, merupakan salah satu dari beribu orang hebat yang pernah saya kenal. Ayah dari tiga orang anak yang mengenyam pendidikan formal terakhirnya di MA Rabiah Islamiah Islamiyah, Karawang, tidak merasa berbangga hati dengan ilmu yang dimilikinya itu. Beliau juga pernah merasakan hiruk-pikuknya dunia pesantren selama kurang lebih tujuh tahun. Pondok Pesantren yang pernah ia singgahi antara lain Pondok Pesantren As-Salafiyah , Purwakarta, Pondok Pesantren Riyadul Hikam, Karawang, dan Pondok Pesantren “Wardoy”, Sukabumi.

Dengan modal yang dimilikinya itu, beliau membulatkan hati untuk mengamalkan ilmunya itu di dunia pendidikan. Ya, beliau berniat untuk menjadi seorang pendidik. Walaupun pria yang pernah berfrofesi sebagai PJTKI di Saudi Arabia ini tidak merasakan panasnya kursi perguruan tinggi (PT) dan sekolah pendidikan guru (SPG), tapi kecintaannya terhadap dunia pendidikan membuat dirinya sanggup untuk mengemban pekerjaan yang mulia ini. Pada tahun 1992, dengan hanya bermodalkan materi yang pas-pasan beliau berhasil mendirikan sebuah lembaga pendidikan agama, yakni Madrasah Diniyyah Raudhatul Irfan dengan beliau sendiri sebagai kepala sekolah sekaligus staf pengajarnya. Walaupun terbilang sangat sederhana, tapi tempat yang ia dirikan itu terbilang layak untuk dijadikan tempat mencari ilmu-ilmu Allah swt. Berhubung di sekitar tempat tinggalnya tidak ada sekolah bernuansa agama pada saat itu, Alhamdulillah sejak berdirinya tempat itu sampai beberapa tahun ke depan jumlah murid-murid yang ingin menimba ilmu disana cukup banyak mencapai lebih dari tiga ratus orang. Dengan kondisi seperti ini, Alhamdulillah beliau memiliki penghasilan yang cukup untuk menafkahi keluarganya dan bisa merekrut orang lain untuk membantunya menjadi staf pengajar di sekolah sederhana tersebut.
Namun, sejak tahun 1998, minat anak-anak untuk mencari ilmu agama sudah mulai menurun. Terbukti setiap tahunnya jumlah muridnya berangsur berkurang. Walaupun hanya dengan mengandalkan pembayaran SPP sebesar tiga ribu rupiah per bulannya, beliau tidak pernah mengeluh akan hal tersebut. Namun pemikirannya yang mulia itu tak sejalan dengan rekan-rekannya yang lain, melihat kekrisisan yang terjadi, staf pengajar yang lain banyak yang mengajukan untuk mengundurkan diri dan meminta izin untuk pindah mengajar di tempat lain. Dengan keadaan yang demikian, beliau tidak memaksakan mereka untuk tetap mengajar di tempatnya mengingat ia tak akan sanggup membayar gaji mereka, maka dengan berat hati beliau pun mengijinkan mereka untuk hengkang dari tempat mulia itu. Kehilangan semua rekannya, beliau tetap berlapang-dada untuk melanjutkan amanah yang diembannya dan terus menekuni profesinya.
Kira-kira pada tahun 2009, ada tawaran menggiurkan yang menghampiri beliau, yaitu tawaran profesi sebagai “driver” di Saudi Arabia yang notabene gajinya berkali-kali lipat dari penghasilannya yang hanya mengandalkan pembayaran uang SPP. Butuh waktu lama untuk memikirkan hal ini mengingat beliau juga terdesak juga dengan kebutuhan kedua anaknya yang sedang membutuhkan biaya besar untuk melanjutkan pendidikan ke bangku SMA. Namun, kebesaran hati yang dimilikinya, beliau tidak mengambil tawaran untuk menjalani profesi di negeri orang itu karena beliau sadar bahwa murid-muridnya masih sangat membutuhkan ilmu-ilmu yang dimilikinya. Beliau percaya bahwa Allah swt. itu maha kaya dan Allah swt. pasti akan terus memberikan rezeki pada setiap hamba-Nya. Terbukti, sosok yang berwibawa yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai buruh tani ini tidak pernah sehari pun tidak memakan nasi. Anak-anaknya pun tetap bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal inilah yang menjadikan ia dihormati oleh masyarakat di kampungnya yang berdomisili di Kp. Cileutak, Ds. Gandasoli, Kabupaten Purwakarta.
Sampai saat ini, walaupun jumlah muridnya hanya tinggal berjumlah kurang dari tiga puluh orang, beliau masih menekuni profesi yang amat mulia ini. Selain itu, beliau juga menjadi guru mengaji bagi murid-muridnya agar bisa mencetak moral-moral islami untuk menjawab tantangan zaman yang sudah aneh ini.
Subhanallah”, sungguh amat luar biasa sesuatu yang telah beliau lakukan ini. Mulia di mata Allah swt., mulia juga di mata insani. Dedikasi yang tinggi untuk pendidikan memang tak ternilai harganya, apalagi yang dijalaninya itu adalah dalam hal agama. “That’s Amazing”. Mungkin orang seperti beliau ini hanya ada satu berbanding seribu di dunia ini. Semoga Allah swt. terus menaungi setiap langkahnya dengan rahmat-Nya. Amin...
Bandung, 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar