Minggu, 24 Maret 2013

Catatan Kecil “The Road to Allah”

Berikut ini adalah paparan singkat mengenai isi dari Buku “The Road to Allah” karangan K.H. Jalaluddin Rakhmat, mengenai ‘’Perjalanan Cinta Hakiki’’ menuju Tuhan, menjadi seorang sufi sejati yang hanya berharap mendapatkan keridhaan-Nya.

Hakikat Hidup
  • Hidup pada dasarnya adalah sebuah sirkulasi perjalanan. Hidup adalah rangkaian perjalanan yang harus dilewati.
  • Perjalanan pertama dalam hidup adalah kita meninggalkan Tuhan menuju dunia.
  • Perjalanan kedua adalah perjalanan kembali meninggalkan dunia menuju Tuhan.

AWAL PERJALANAN
  • Dalam melakukan sebuah perjalanan hal pertama yang harus kita siapkan adalah bekal untuk perjalanan kita.
  • Begitu pula dalam perjalanan kita kembali meninggalkan dunia menuju Allah Swt. Perlu bekal yang cukup untuk menempuh perjalanan ini.
  • Dalam menempuh perjalanan kita menuju Allah Swt. Bekal yang harus kita siapkan adalah Iman.
  • Iman yang dipenuhi rasa kecintaan akan Tuhan, cinta yang didasari dengan hati yang tulus dan ikhlas.
  • Karena hati yang bersih dan tulus adalah suatu cara utama mendekati Allah Swt.
Mencinta Untuk Dicinta
  • Kecintaan akan Allah adalah nilai tasawuf yang paling penting.
  • Mencintai Allah adalah jalan kita untuk bertemu Allah dan dicintai-Nya.
Cara Mencintai Allah
  • Dalam Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali menyatakan adalah sebuah kebohongan besar jika seseorang mencintai sesuatu tetapi ia tidak memiliki kecintaan pada sesuatu yang lain yang berkaitan dengannya. Al-Ghazali menulis, bohonglah orang yang mengaku mencintai Allah tetapi ia tidak mencintai Rasul-Nya, bohonglah oarang yang mengaku mencintai Rasul tetapi ia tidak mencintai kaum fakir dan miskin, dan bohong orang yang mencintai surga tetapi ia tidak menaati Allah Swt. 
  • Mulailah belajar mencintai Allah dengan mencintai Rasul-Nya.
  • Belajar mencintai Rasul dengan mencintai Ahlulbait Nabi,.
  • Belajar mencintai Ahlulbait Nabi dengan mencintai kaum fakir dan miskin.
Menjauhi yang Tidak Dicintai Allah
  • Untuk mendapatkan cinta Allah adalah dengan menjauhi yang tidak dicintai-Nya.
  • Allah tidak mencintai orang yang melakukan sesuatu dengan melewati batas.
  • Allah tidak mencintai orang yang berlebihan.
  • Allah tidak mencintai orang yang zalim
  • Allah tidak mencintai orang yang sombong, pongah, dan suka membanggakan diri.
Cinta sebagai Syarat Iman
  • Seseorang bertanya kepada Rasulullah, “ya,Rasulullah apa iman itu?”. Rasulullah Saw. Menjawab, ”Allah dan Rasul-Nya lebih kamu cintai daripada apapun selain keduanya”.
  • Sebagian sahabat berkata, ”barangsiapa mengenal Tuhannya, ia akan mencintai-Nya. Barang siapa mengenal dunia, Ia akan berpaling darinya dan membencinya.”
Berdialog dengan Allah
  • Berdialog dengan Allah dimaksudkan untuk kita lebih mendekati Allah. Doa adalah salah satu bentuk dialog kita dengan Allah Swt. Karena pada hakikatnya berdoa adlah  saling memanggil diantara sepasang kekasih.
Adab Berdoa
  • Adab berdoa kepada Allah sama halnya dengan adab ketika kita berbicara dengan sesama manusia. Waktu kita bercakap-cakap dengan orang lain, kita selalu memusatkan perhatian kita kepadanya dan tidak melirik ke kiri dan ke kanan. Sama halnya ketika kita berdialog dengan Tuhan, kita harus memusatkan perhatian kita pada Allah.
Doa yang Paling Baik
  • Tingkatan doa yang paling tinggi adalah doa yang merupakan bisikan-bisikan cinta dari seorang kekasih kepada yang dikasihinya. Doa yang tidak mengharapkan apapun kecuali hanya mengharapkan Allah Swt.
Melangkah Meninggalkan Perbedaan
  • Setelah kita mempersiapkan bekal perjalanan menuju Allah Swt. Maka kita telah siap untuk mulai melakukan perjalanan. Terlepas dari jalan mana kita akan memulai perjalanan, karena tidak selayaknya kita melihat saudara-saudara kita dari jalan (mazhab) yang mereka anut, tapi kita ukur mereka dari akhlak dan amalnya.
Jihad di Jalan Allah
  • Menjalankan perintah Allah adalah bentuk refleksi kecintaan kita terhadap-Nya. Menegakan ajaran-Nya adalah adalah jalan untuk mendekatiNya.
Menempuh Jalan Kesucian
  • Perjalanan manusia menuju Allah Swt. Adalah perjalanan kesucian. Ketika kita berjalan menuju-Nya kita tengah menjadi diri yang lebih suci. Ditempat tujuan akhir kita akan disambut para malaikat surgawi. Sepanjang perjalanan menuju Tuhan kita melakukan proses pembersihan diri.
Proses Pembersihan Diri
  • Membaca istighfar, kita memohon ampun kepada Allah dari segala dosa.
  • Bertaubat, melalui taubat kita memutuskan untuk kembali ke jalan Allah.
  • Melakukan amal saleh, semakin banyak kita beramal saleh semakin banyak pula bagian diri kita yang disucikan.
Perwujudan Amal
  • Pada hari kiamat nanti manusia akan datang dalam bergolongan, ada yang berbentuk monyet, babi, anjing, atau manusia dalam berbagai penampilan.
  • Yang menentukan bentuk manusia di hari akhir nanti adalah amal. Amal adalah benih yang kita tanam, apa yang kita tuai sangat bergantung pada apa yang kita tanam.
Menggapai Ridha Ilahi
  • Sandungan pertama dalam perjalanan menuju kesucian adalah ridha dengan diri sendiri. Kita merasa sudah banyak beramal, dan karena itu berhak untuk memperoleh segala anugerah Tuhan. Untuk memperoleh ridha Allah jangan hanya mengandalkan amal kita, dan meremehkan pemberian Allah

PENGHALANG PERJALANAN
Takabur
  • Takabur bisa disebut sebagai sifat sombong seseorang karena merasa dirinya lebih dari orang lain
  • Beberapa Faktor yang menyebabkan orang menjadi takabur dan berpikir “aku lebih baik daripada dia” adalah nasab (keturunan), agama (ilmu dan amal), dan dunia (kekayaan, fisik, dsb.).
  • Allah Swt. akan memberikan kebahagiaan (surga) kepada siapa saja yang taat kepadanya, walaupun ia adalah seorang “budak dari Afrika”, karena Allah Swt. sendiri tidak menjamin sekalipun orang tersebut merupakan keturunan Rasulullah Saw. akan masuk surga.
  • Orang yang merasa dirinya sudah pintar tidak akan mau menerima secercah ilmu yang dilontarkan orang lain karena merasa dirinya paling pintar dan apa yang diucapkan oleh orang lain tidak penting baginya.
  • Orang yang sudah merasa amalnya sangat bagus akan merendahkan orang lain yang amalnya lebih kurang darinya dan men-judge orang lain dengan hal yang tidak baik dan memplot orang lain sebagai orang yang tidak pantas mendapatkan kebahagiaan dari Allah Swt.
  • Orang yang merasa berat ketika menerima nasihat atau perkataan dari orang yang lebih muda atau lebih rendah kedudukannya menurut status sosialnya karena merasa dirinya lebih berbobot dibandingkan orang yang menasehatinya itu.
  • Rasulullah Saw. menyuruh kita untuk mengobati hal-hal yang di atas dengan istighfar dan tawadhu (rendah hati).
Riya
  • Riya adalah mengatur perilaku dalam tata cara beribadah agar dilihat oleh orang lain sehingga orang lain menilai orang tersebut sebagai orang yang saleh.
  • Riya hanya berlaku dalam ibadah saja, tidak dalam hal lain. Berpakaian rapi dan menampilkan yang terbaik ketika melamar sebuah pekerjaan misalnya, itu bukan merupakan riya.
  • Doa orang yang riya tidak akan diijabah Allah Swt. dan amalnya pun akan hilang karena perbuatan riyanya tersebut di hari kiamat dan mendapat gelar dari Allah Swt. sebagai  “ya ghadir” (penipu), “ya fajir” (pendurhaka), “ya khasir” (perugi), dan “ya fasiq” (fasik).
  • Adapun hubbul jah (gila penghormatan) itu sangat tidak baik juga karena merupakan dosa besar. Misalnya orang yang beribadah lebih ingin dihormati manusia ketimbang mendapatkan penghormatan dari Allah Swt.
  • Yang menjadi perbedaan antara riya dengan bukan riya bergantung pada nurani masing-masing karena yang mengetahui dia riya atau tidak hanyalah dirinya sendiri.
Ujub
  • Ujub ialah takjub terhadap amal saleh yang telah dilakukan.
  • Ada sebuah kutipan, “saya merasa bangga tidak shalat berjamaah dengan para ahli bid’ah. Lebih baik tidak shalat dengan orang yang tidak bermadzhab krena shalatnya juga tidak sah”. Orang yang telah melontarkan kata-kata seperti itu telah jatuh pada ujub.
  • Ujub juga bisa disebut penyakit ruhaniyah yang membuat kita merasa memiliki akidah, ibadah, dan akhlak yang paling bagus.
Ghibah
  • Ghibah yaitu menceritakan keburukan orang di belakang orang tersebut
  • Jika kita sedang marah, dengki, dan dendam terhadap seseorang, maka kita akan cenderung ghibah terhadap orang tersebut
  • Firman Allah QS Al-Humazah ayat 1, “celakalah orang yang melakukan humazah dan lumazah”, ghibah termasuk ke dalam lumazah
  • Ghibah bisa mendatangkan murka Allah Swt. Walaupun ghibah tersebut dilakukan secara bermain-main
  • Ghibah juga dilatarbelakangi oleh iradhatul iftikhar wal mubahah, yaitu keinginan untuk menaikkan harga diri. Misalnya ketika membicarakan orang-orang terhormat karena merasa diri lebih mulia dari orang-orang tersebut
Penyakit Hati
  • Hati merupakan media untuk mendekatkan diri pada Allah Swt. Hati ini dapat terkotori oleh berbagai macam penyakit hati. Tanda-tanda seseorang yang sedang dilanda penyakit hati adalah:
  • Kehilangan cinta yang tulus, yaitu tidak dapat mencintai orang lain dan tidak akan mendapatkan cinta orang lain
  • Kehilangan ketentraman dan ketenangan batin
  • Memiliki hati yang keras, yaitu hatinya sulit tersentuh
  • Kehilangan kekhusuan dalam ibadah dan senantiasa melakukan dosa à merasa bahagia melakukan dosa
  • Ilmunya tidak bermanfaat dan doa-doanya tidak akan didengar dan dikabulkan oleh Allah Swt.
  • Hawa nafsunya besar
  • Untuk mengobati penyakit hati, ada beberapa cara yang diutarakan oleh Al-Ghazali, diantaranya :
  • Mencari guru yang mengetahui penyakit hati kita
  • Mendapatkan sahabat yang jujur à orang yang membenarkan, bukan “membenarkan” kita
  • Mempehatikan perilaku buruk orang lain dan sebisa mungkin kita berusaha agar tidak melakukan tersebu kepada orang lain 
Tasawuf Sejati
  • Tasawuf memiliki korelasi dengan kemiskinan, kelusuhan, dan sebagainya yang dipandang hal-hal yang biasa oleh orang banyak. Tasawuf juga bukan orang yang tidak memiliki dunia, tapi tidak dimiliki dunia, artinya bukan tidak memiliki apa-apa, tapi tidak dimiliki apa-apa.

PENOPANG PERJALANAN
Kendali Diri
  • Dalam diri kita tersembunyi hawa nafsu yang siap untuk keluar kapan saja, diantaranya adalah seks. Seks merupakan hal yang lumrah dimiliki oleh setiap orang, namun hal ini jika tidak dapat dikontrol dengan baik, maka dapat menghancurkan masa depan orang tersebut atau bahkan menghancurkan kehidupannya. Hal ini juga dapat membuat hati tidak tenang terutama dalam beribadah pada Allah swt.
  • Sabda Rasulullah saw. “orang yang hebat itu bukanlah orang yang hebat membantingkan kawannya, tetapi adalah orang yang mampu menguasai hawa nafsunya”
  • Kekasih Allah bukanlah yang tidak pernah mendapat godaan, melainkan adalah yang berhasil menepis godaan itu dengan kendali dirinya
  • Untuk dapat mengendalikan hawa nafsu, ada berbagai macam cara dengan latihan dan dilakukan dengan istiqamah salah satunya adalah dengan mengendalikan perut kita dari lapar
  • Keuntungan/faedah dari melaparkan perut diantaranya dapat membersihkan hati dan menajamkan mata batin, melembutkan hati dan membersihkannya agar dapat berfikir dengan jernih, meluluhkan dan merendahkan hati serta menghilangkan kesombongan dan keliaran jiwa, mengingatkan kita pada ujian dan adzab Allah Swt., meminimalisir keinginan untuk maksiat, memudahkan diri dalam beribadah, menyehatkan tubuh dan menolak penyakit, memiliki peluang untuk menginfakan harta pada orang lain.
  • Sabda Rasulullah saw. “biasakan mengetuk pintu surga dengan lapar”
Doa Memperoleh Hati yang Khusyuk
  • Untuk menjaga hati kita agar senantiasa dekat dengan Allah, sudah selayaknya ketika dalam berdoa kepadanya dengan cara yang khusuk. Kekhusyukan seringkali datang ketika kita dilanda kesulitan hidup yang luar biasa. Hal ini dianggap bagus karena dapat menambah kekhusukan kita dalam beribadah pada Allah Swt.
  • Salah satu indikator kekhusyukan itu diantaranya adalah tangisan, karena sesungguhnya menangis itu perlu agar kita dapat mendapatkan kekhusyukan yang hilang. Dan yang paling penting esensi dari kekhusyukan ini adalah kita bisa melakukan taubat nasuha pada Allah Swt.
Membalas Kebencian dengan Kasih Sayang
  • Membalas keburukan dengan kebaikan merupakan salahsatu amal yang tinggi nilainya di hadapan Allah Swt. dan hal ini pun dapat membawa kita menuju jalan kesucian di hadapan Allah Swt.
Berdzikir Sebanyak-Banyaknya
  • Perjalanan tasawuf dimulai dengan membersihkan diri dari dosa-dosa yang telah kita perbuat, yaitu dengan takliyyah/membersihkan dan menyucikan diri. Caranya dengan lapar, diam, dan shaum, kemudian dilanjutkan dengan dzikir pada Allah Swt dengan tidak melupakan aspek-aspek sosial dalam kehidupan kita. Firman Allah Swt. “berdzikirlah kamu dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya” (QS Al-Ahzab:41).
  • Kita dianjurkan untuk berdzikir sebanyak-banyaknya, bukan sebagus-bagusnya dalam keadaan apapun, karena orang yang paling sedikit dzikirnya termasuk ke dalam orang munafik.
  • Dalam salah satu hadis Rasulullah saw. disebutkan bahwa zikir juga boleh dilakukan berjamaah dalam sebuah majelis-majelis dzikir.  Artinya hadis ini juga menyanggah anggapan bahwa dzikir itu bid’ah dengan alasan bahwa tidak ada dzikir berjamaah pada zaman Rasul.
  • Kita ambil contoh sekarang mengenai ziarah kubur. Banyak yang menganggap hal tersebut adalah bid’ah karena tidak dilakukan oleh Rasul. Hal ini bisa dikaitkan dengan sunah Rasul. Perlu diketahui bahwa sunnah Rasul itu tidak dalam bentuk filiyyah (yang dikerjakan Rasul) saja, tapi juga dalam bentuk quliyyah (yang diucapkan Rasul) dan taqririyyah (diamnya Rasul).
Khidmat: Jalan Cepat Menuju Tuhan
  • Ada cerita dari kota kelahiran saya, Purwakarta. Ada seorang ulama terkenal disana, sekarang populer dengan sebutan “Mama Sempur” yang sekarang sudah berpulang ke rahmatullah. Selain ulama kondang, beliau juga memiliki pesantren. Beliau seperti itu bukan semata-mata karena rajin ngajinya, melainkan beliau berkhidmat kepada gurunya ketika sedang pesantren.
  • Artinya, para santri tersebut mendapatkan pelajaran pertama dalam islam, yaitu pengkhidmatan yang diajarkan langsung melalui praktik. Jika kita belajar tasawuf pada sufi zaman dulu, pelajaran pertama yang akan diajarkan bukanlah duduk di kursi dengan memegang kitab, melainkan membersihkan lantai dan toilet.
  • Adapun faedah dari khidmat sendiri diantaranya menaklukkan ego, meruntuhkan kesombongan, mendekatkan diri pada Allah,  belajar mencintai,  dan menyucikan jiwa.
  • Kata seorang ulama bahwa jalan yang paling dekat dan cepat menuju Allah Swt. adalah dengan membahagiakan orang lain di sekitar kita dan berkhidmat pada mereka.
Membersihkan Hati dari Hasad
  • Hasad ialah kebencian terhadap kenikmatan yang didapatkan orang lain dan berharap kenikmatan tersebut lenyap dari orang itu.
  • Orang yang amalnya banyak, tapi dalam dirinya itu masih melekat sifat hasad, maka amal-amalnya itu akan termakan oleh hasadnya itu, jika diibaratkan bagaikan kayu bakar yang habis dilalap api.
  • Hasad itu bisa muncul dikarenakan permusuhan, ta’azuz (menganggap diri paliing mulia dari orang lain), dan takabur.
  • Cara mengobatinya yaitu dengan ilmu dan amal.  Arti ilmu disini adalah kita mengetahui efek-efek yang bisa diakibatkan oleh hasad tersebut. Amal yang dimaksud disini menurut Al-Ghazali adalah melakukan hal-hal yang bertentangan dengan perasaan dengki kita, maksudnya adalah berbuat baik terhadap orang yang kita dengki. Namun sangat sulit untuk melakukannya, tapi minimal kita harus bisa melakukanya walaupun sedikit sebagai upaya untuk meminimalisir hasad dalam hati kita.
Menjauhi Dosa Demi Kesehatan Jiwa
  • Untuk dapat mendapatkan kesehatan jiwa, kita seyogyanya meminimalisir perbuatan dosa yang kita lakukan, tentunya dengan dibarengi sifat wara’ (selalu memperhatikan apa yang diperbuat, dimakan, dan sebagainya. Dalam bahasa sunda disebut “apik”).

AKHIR PERJALANAN
Menghapus Akibat Dosa
  • Disadari atau tidak, sesuatu apapun yang menimpa kita diantaranya berasal dari dosa yang kita lakukan. Namun Allah Swt. tidak serta merta membalas dosa-dosa kita tersebut, untuk itu, bersihkanlah dosa-dosa itu sekarang juga dan datanglah kepada Allah dengan penuh penyesalan dan akui segala kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan. Jangan merasa atas dosa besar yang telah dilakukan krena Allah Swt. karena ampunan Allah itu lebih besar daripada dosa-dosa kita.
  • Sabda Rasulullah saw.  “ada tiga dosa yang akan segera dibalas oleh Allah swt. Di dunia dan tidak akan ditangguhkan di akhirat, yaitu  durhaka kepada orang tua, berbuat dzalim kepada manusia, dan tidak berterima kasih pada kebaikan orang lain”
Menghindari Suul Khatimah
  • Sebagai upaya untuk menghindari suul khatimal yaitu dengan mensucikan diri. Penyucian ini harus dilakukan secara terus menerus agar kita tidak terjatuh pada dosa yang sama di kemudian hari.
Menjahit Satin Kehidupan
  • Tak jarang kita tidak menyadari bahwa kita sedang dimabuk cerita dunia dan tanpa disadari pula waktu pun menggunting satin kehidupan kita.  Kisah suka dan duka tak lain adalah permainan dunia. Jangan sampai kita melupakan tujuan kita hidup di dunia ini, yaitu untuk beribadah pada Allah.
  • Oleh karena itu, mari kita selamatkan satin kehidupan kita dengan menjahit jubah amal saleh dalam kehidupan kita.
Mencintai Tuhan Tanpa Pamrih
  • Ibadah yang sebenarnya adalah ibadah karena cinta, itulah ibadah orang-orang merdeka. Tasawuf merupakan ilmu yang memfokuskan untuk beribadah pada Allah dengan penuh kecintaan. Namun, sebelum kita belajar tasawuf kita dianjurkan untuk belajar fikih,  seperti gerakan-gerakan dalam shalat dan adab-adaban dalam melakukan ibadah lainnya.
  • Tasawuf pada intinya berusaha mendekatkan diri pada Allah Swt. Untuk mendekati Allah Swt., hendaknya dengan akhlak yang baik.

SELAMAT MENAPAKI JALAN MENUJU ALLAH

2 komentar:

  1. berdoa lewat bisikan cinta. kang ramli sakanteunan atuh resensi buku kang jalal yang lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kang, power besar jika kita bisa mencapai maqom "berdoa lewat bisikan cinta". mangga kang tiasa diaos nyalira bukuna supados langkung "esensial" nilai-nilai nu dikengingkeunna :)
      http://ramliyana-fisika.blogspot.com/2013/03/buku-sufistik-jalaluddin-rakhmat.html

      Hapus