Jumat, 06 Februari 2015

Menjadi Pendidik adalah Profesi “Ideal”, Mengapa?



Tulisan ini merupakan salah satu bentuk apresiasi saya terhadap guru dan dosen yang telah banyak memberikan kontribusi besar untuk kemajuan bangsa ini. Semoga mereka senantiasa diberikan kesehatan oleh Tuhan, Allah swt. dalam menjalani setiap aktivitasnya. Semoga tulisan ini bermanfaat dan menarik untuk dibaca.
Melalui tulisannya (http://aniesbaswedan.com/tulisan/Surat-Untuk-Ibu-dan-Bapak-Guru), Menteri Pendidikan dna Kebudayaan, Anies Rasyid Baswedan, pernah menulis: “Menjadi guru bukanlah pengorbanan. Menjadi guru adalah sebuah kehormatan. Ibu dan Bapak Guru telah memilih jalan terhormat, memilih hadir bersama anak-anak kita, bersama para pemilik masa depan Indonesia. Ibu dan Bapak Guru telah mewakili kita semua menyiapkan masa depan Indonesia”. Ya betul! Menjadi guru/pendidik (termasuk dosen) adalah sebuah kehormatan. Mereka (guru dan dosen) memilih jalan yang terhormat untuk hadir bersama calon-calon penerus bangsa dalam mempersiapkan masa depan bangsa ini. Tanpa mengenal lelah, mereka terus memberikan semangat yang tinggi dalam mewujudkan cita-cita luhur Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa.
Mengapa profesi sebagai guru atau dosen (pendidik) merupakan sebuah profesi yang terhormat? Anies Baswedan pun memberikan kutipannya (http://aniesbaswedan.com/tulisan/VIP-kan-Guru-guru-Kita): “Kunci kekuatan bangsa itu pada manusianya”. Bangsa yang besar adalah bangsa yang masyarakatnya madani. Salah satu upaya untuk mencapai masyarakat madani adalah dengan meningkatkan kualitas sumberdayanya, yaitu dengan memberikan pendidikan yang “baik” pada setiap orang. Disini pendidik memegang peran kunci itu. Peran yang dapat membuat anak bangsa memiliki kualitas dalam bersaing, berkarya, berinovasi, dsb. Melalui masyarakat madani, kita semua meyakini bahwa bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar, bangsa yang kuat, bangsa yang berintegeritas.

Selasa, 03 Februari 2015

Mengukur Suhu Tubuh: Lewat Mulut, Ketiak, atau Dubur?

Mengukur suhu tubuh penting untuk dilakukan saat terserang sakit atau demam. Bila suhu tubuh terus meningkat, bukan tidak mungkin ada penyakit yang harus diatasi. Menurut Frieda Handayani, dokter spesialis anak dari RSIA Evasari Jakarta, sedikitnya ada 3 lokasi pada tubuh yang dapat diukur suhunya saat anak mengalami demam. Tiga lokasi ini tidak terpengaruhi suhu luar sehingga memberikan hasil yang lebih akurat. Lokasi tersebut ada di sela ketiak, mulut, dan dubur.
Pengukuran suhu di tiga area tersebut kata Frieda, lebih akurat dibanding pengukuran pada dahi menggunakan telapak tangan. "Mengukurnya tentu menggunakan termometer. Sebaiknya termometer digital, karena lebih aman untuk anak," kata Frieda, Sabtu (14/9/2013) di Jakarta. Menurut Frieda, balita dikatakan  mengalami demam bila suhu di sela ketiaknya lebih dari 37,2 derajat celcius. Sedangkan untuk suhu dalam rongga mulut melebihi 37,8 derajat celcius dan suhu dubur lebih dari 38 derajat celcius.
Adapun suhu tubuh normal untuk beberapa jenis usia diantaranya adalah:
  • Bayi baru lahir : 36 – 37,2°c (axilla)
  • 3 tahun : 36,4 – 37°c (axilla)
  • 10 tahun : 36,4 – 37°c (oral)
  • 16 tahun : 36,4 – 37°c (oral)