Pendapat para ahli terkait definisi kurikulum:
a. Menurut George A. Beauchamp, kurikulum
adalah dokumen tertulis yang berisi bahan-bahan yang berisi tentang perencanaan
dalam suatu proses pendidikan untuk siswa yang dicanangkan di sekolah.
b. Menurut Saylor, Alexander, dan Luiz,
kurikulum adalah segala upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa supaya belajar,
baik dalam ruangan kelas, di halaman sekolah, maupun di luar sekolah.
c. Menurut John Dewey, kurikulum merupakan
sebuah nilai terkait sesuatu yang kompleks yang terstruktur yang dibutuhkan
untuk sebuah jenjang pendidikan formal yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas kegiatan belajar mengajar.
d. Menurut William C. Bagley, kurikulum
adalah sebuah sistem yang terorganisir yang dibutuhkan untuk memberikan solusi
yang bersifat konstruktif untuk mengatasi permasalahan yang belum atau sudah muncul.
e. Menurut Harold Alberty, kurikulum
merupakan segala kegiatan yang dicanangkan oleh pihak sekolah yang disajikan
untuk siswa di sekolah tersebut.
f. Menurut Daniel Tanner dan Laurel
Tanner, kurikulum adalah rencana yang matang terkait pembelajaran yang disusun
secara sistematis oleh pihak sekolah dengan tujuan untuk menghasilkan siswa
yang berkualitas dengan pengetahuan yang tinggi dan memiliki softskill
tertentu.
Dari beberapa definisi kurikulum yang sudah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan sebuah perencanaan yang kompleks, namun disusun secara sistematis dan matang oleh pelaksana dlalam dunia pendidikan yang ditargetkan untuk sebuah proses pendidikan di sekolah guna membuat siswa belajar (terhadap materi dan mental) dan intinya mengikuti alur yang telah direncanakan dalam kurikulum itu yang tujuannya agar bisa menghasilkan siswa yang berkualitas (bisa dikatakan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa sesuai bakat yang dimilikinya) dengan memiliki pengetahuan intelektual tinggi, memiliki softskill khusus, dan matang dalam hal sikap dan mental yang dimiliki.
Ketika mengemngembangkan kurikulum, perlu dipertimbangkan dan
diperhatikan prinsip-prinsip perkembangan kurikulum.
a. Prinsip dasar dari pengembangan kurikulum
terdiri dari : (1) data empiris, berupa data-data yang merujuk pada pengalaman
yang terdokumentasi dan dianggap efektif dalam penggunaannya. Maksudnya
data-data ini bisa dijadikan referensi untuk pengembangan kurikulum berikutnya
karena diambil hal-hal yang dianggap bagus untuk pengembangan kurikulum itu
sendiri dan bisa memecahkan permasalahan yang ada. (2) data eksperimen, berupa
data-data hasil temuan yang dianggap valid dan nyata sehingga dapat dijadikan
acuan untuk mengembangkan kurikulum, data-data ini sudah terbukti
keefektifannya dalam pengembangan kurikulum. (3) cerita yang hidup di
masyarakat dan akal sehat, maksudnya selain data empiris dan data eksperimen,
ada prinsip lain yang mendasari pengembangan kurikulum itu sendiri berupa cerita
di masyarakat yang terbukti efektif juga dalam pengembangan kurikulum yang
tentunya berdasarkan penilaian akal pikiran/logika yang ada, sehingga kurikulum
yang diinginkan untuk mendekati ideal bisa dikembangkan.
b. Salah satu model pengembangan kurikulum yang
menurut saya bagus adalah model grass roots. Dalam prosesnya,
pengembangan kurikulum ini dimulai dari pemikiran-peikiran kreatif guru sebagai
pelaksana pendidikan di sekolah. Orang tua siswa dan elemen masyarakat pun
dapat terlibat langsung dalam pengembangan kurikulum ini. Artinya model ini
bersifat demokratis karena pengembangannya melibatkan para pelaksana di
lapangan. Model pengembangan ini juga menerapkan prinsip-prinsip kurikulum yang
umum dan khusus. Kita katakan saja model ini memiliki prinsip relevansi,
maksudnya jika yang mengembangkannya adalah pelaksana pendidikan langsung akan
lebih baik karena mereka mengetahui langsung keadaan yang terjadi di lapangan,
sehingga indikator-indikator ketercapaian kurikulum yang dicanangkan dapat
dicapai. Kemudian model ini juga memiliki prinsip fleksibilitas dan praktis,
maksudnya guru sebagai pelaksan yang terjun langsung menghadapi berbagai
keunikan siswa yang notabene mengetahui karakter peserta didiknya mampu
merumuskan sendiri cara-cara yang sesuai dengan keadaan peserta didiknya untuk
mencapai tujuan kurikulum dan praktis yang maknanya dapat dipraktekan langsung
di lapangan sesuai dengan kondisi siswanya. Perkembangan siswa pun bisa lebih
terpantau dan potensi yang dimiliki siswa pun bisa berkembang dengan baik.
Selain itu, model ini juga berpatokan pada prinsip khusus yang intinya
berhubungan langsung dengan tujuan pendididkan, pemilihan isi pendidikan,
proses belajar mengajar, sampai penilaian yang akan dilakukan langsung oleh
guru.
c. Landasan filosofis, psikologis, sosial
budaya, dan ilmu teknologi merupakan hal yang mendasar dalam pengembangan
kurikulum karena kurikulum tidak bisa disusun secara sembarangan. Landasan ini
dibutuhkan karena diharapkan mampu menjadi pijakan yang kuat terhadap kokohnya
kurikulum agar tujuan kurikulum dapat tercapai. Tidak dapat dipungkiri,
kurikulum itu tidak bisa dibuat sembarangan karena goal dari kurikulum ini
adalah menciptakan output-output sebagai generasi penerus bangsa, sehingga
memang harus dipikirkan secara matang dalam pengembangannya agar mampu mencetak
output-output yang berkompeten tentunya dengan berlandaskan pada beberapa
landasan yang tadi diungkapkan.
Penerapan komponen-komponen kurikulum dalam
bidang fisika.
a. Komponen tujuan ==> maksudnya adalah
setelah proses pembelajaran peserta didik diharapkan memiliki kemampuan
tertentu untuk menguasai materi tertentu. Misalkan dari segi kognitif, siswa
diharapkan mampu memahami, mengaplikasikan, dan menganalisis fenomena fisika
yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, kemudian mampu membuat
hipotesis dan menyimpulkan dari fenomena yang sedang diamati. Dari segi
afektif, siswa minimal mengetahui seperti apa sikap yang baik ketika melakukan
praktikum di laboratorium. Dari segi psikomotor, siswa diarahkan untuk mampu
melakukan eksperimen dengan prosedur yang benar, dsb.
b. Komponen isi ==> maksudnya ketika
proses pembelajaran siswa diarahkan untuk mengetahui makna fisis dari materi
dan fenomena yang didemonstrasikan. Di sini siswa tidak hanya dituntut pintar
dalam bidang matematika saja, tapi harus mengetahui konsep yang benar terkait
materi yang diberikan.
c. Komponen metode/strategi ==>
komponen ini merupakan hal yang penting untuk memberikan materi secara nyaman
kepada siswa. Guru harus pintar-pintar menggunakan metode untuk mencapai tujuan
kurikulum dalam materi yang diajarkannya. Misalkan ketika mengajar materi
magnet, sebelum ke materi sebaiknya guru melakukan demonstrasi terlebih dahulu
terkait magnet agar nantinya siswa merasa penasaran dan memiliki ketertaikan
terkait materi yang diajarkan dan tujuan yang ingin dicapai bisa dicapai.
d. Komponen evaluasi ==> di sini
guru harus pintar-pintar melakukan evaluasi terhadap siswa. Misalnya dalam
membuat soal, guru harus bisa membuat soal sedemikian rupa agar membuat siswa
berfikir dan mampu mengeluarkan kemampuan yang maksimal dalam menghadapi
evaluasi yang diberikan.
Kurikulum merupakan sesuatu yang bersifat
statis yang dikemas dalam bentuk bahan pelajaran yang akan diberikan guru. Sebagai
seorang guru kita harus bisa membuat kurikulum yang bersifat statis itu menjadi
dinamis agar dapat menyentuh dan mendorong respon anak secara aktif dan
positif. Caranya mungkin dengan membuat siswa nyaman saat berada di dalam
kelas. Menurut saya, kita harus menerapkan model yang tepat untuk setiap
kondisi dalam kelas. Selain itu pengelolaan kelas yang baik juga diperlukan
agar kelas yang kita pimpin dpat terorganisir dengan baik. Bentuk real-nya
saya langsung aplikasikan dalam mengajar fisika di kelas yang terbilang sebagai
materi rumit di mata para siswa. Kita harus bisa mengatur sikap kita ketika
dalam kelas, misalkan datang tepat waktu untuk memberikan kesan pertama yang
baik pada siswa. Kemudian membuat kesepakatan dalam kelas, misalnya yang telat
datang lebih dari 15 menit tidak boleh masuk, atau sebagainya. Nah ketika kita
akan memberikan materi, tidak langsung masuk ke materi. Kita berikan fenomena
fisika terlebih dahulu terkait materi yang akan diajarkan. Misalkan dalam
mengajar materi magnet, kita membawa penggaris dari bahan mika kemudian kita
gosok-gosokan ke dalam rambut kita, setelah itu kita tempelkan pada
potongan-potongan kertas kecil. Yang akan terjadi adalah potongan-potongan
kertas tadi akan tertarik oleh penggaris tersebut. Nah dalam keadaan ini kita
harus bisa membuat siswa bertanya-tanya terkait fenomena yang sudah
didemonstarsikan. Disini kita hanya memancing siswa agar mau mengetahui dan
menyelidiki apa yang menyebabkan hal tersebut, kemudian mengarahkan siswa untuk
berhipotesis dan menyimpulkan, kemudian mengarahkan siswa tentang hipotesis
yang diberikannya sesuai dengan konsep yang benar. Nah dengan seperti itu
pembelajaran di dalam kelas tidak akan terlihat kaku karena keaktifan siswa
bisa membuat kelas jadi menarik sehingga potensi-potensi yang dimilikinya dapat
berkembang dengan baik. Intinya kita harus pintar-pintar mengelola kelas dengan
karakteristik siswa yang sangat unik agar tujuan dari kurikulum yang
dicanangkan dapat tercapai.
Pemahaman terkait dimensi kurikulum:
Pada dasarnya, kurikulum merupakan sekumpulan
ide yang akan dijadikan pedoman dasar dalam pengembangan kurikulum. Ide ini
kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan yang berisi tentang rencana dan cara
mengadministrasikan tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman tadi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Setelah ide yang
menjadi pedoman ini dituangkan dalam bentuk tulisan, kemudian kurikulum
tersebut diaplikasikan dalam dunia pendidikan oleh semua elemen yang
berhubungan dalam dunia pendidikan, terutama harus difahami oleh pelaksana
kurikulum di sekolah, yaitu guru. Guru harus memahami tujuan yang ingin dicapai
oleh kurikulum yang telah dibuat sehingga mampu mengaplikasikan dengan benar
kurikulum itu tentunya dengan mengacu pada pedoman pengembangannya. Guru
diharuskan pintar menyiasati cara untuk membuat kurikulum itu hidup dalam
pembelajaran dengan memakai cara yang benar berdasarkan pedoman tadi agar mampu
menghasilkan output yang berkualitas sebagai salah satu goal dari kurikulum
yang telah dibuat.
Sumber:
Susilana, Rudi, et all. 2006. Kurikulum &
Pembelajaran. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar