Yang dimaksud dengan belajar adalah proses
perubahan tingkah laku siswa yang terjadi secara berkesinambungan pada diri
siswa tersebut. Proses belajar ini lazimnya atau umumnya tidak banyak
ditentukan oleh faktor genetik. Perubahan yang dimaksud di sini adalah
perubahan yang terjadi dalam pengetahuan, keterampilan, sikap, kepribadian,
pandangan hidup, persepsi, norma-norma, motivasi, paradigma, dan yang lainnya. Perubahan
yang terjadi pada siswa ini dapat terjadi secara unsur kebetulan atau terjadi
dengan kesengajaan bahwa siswa ini telah mengkonsep indikator apa yang akan
dicapai setelah ia melalui proses pembalajaran ini.
Pembelajaran bukanlah suatu konsep
atau praktik yang sederhana, melainkan bersifat kompleks dan menjadi tugas,
serta tangggung jawab kita sebagai calon seorang guru tentunya dalam
membelajarkan siswanya nanti. Pengelolaan pembelajaran yang baik harus
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan dan prinsip-prinsip
pembelajaran, karena di sini pengelolaan dalam pembelajaran merupakan hal yang
sangat penting dimiliki oleh seorang pendidik.
Dalam proses pembelajaran kerap kali
muncul permasalaahan-permasalahan yang amat kompleks. Strategi dan manajemen
guru untuk mengatasi masalah pembelajaran sangat dibutuhkan dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran. Misalnya ketika kita mengajar dalam sebuah
kelas, tidak semua kemampuan siswa itu sama, melainkan mereka mempunyai
keunikan tersendiri yang dimilikinya masing-masing. Nah di sini tugas kita
adalah mencari dan mengaplikasikan berbagai metode pembelajaran untuk
menghadapi siswa-siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda itu.
2. Model
Pembelajaran Personal
Model
pembelajaran personal bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada siswa agar dapat
memahami keberadaan dirinya sendiri secara baik, bertanggung jawab, dan lebih
kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Jadi, model personal
lebih menekanan pada kesadaran pribadi dalam proses pembelajaran.
Menurut Rogers (1986) ada lima fase dalam model
pembelajaran personal, yaitu :
- Mengartikan situasi yang sudah ada, yaitu guru memberikan motivasi agar siswa bebas berekpresi
- Mengembangkan wawasan, siswa mendiskusikan masalah dan guru memotivasi dan membantu penyelesaian masalah siswa
- Mengeksplorasi Masalah, siswa dimotivasi untuk mendifinisikan masalah yang dihadapi. Guru menerima dan mengklarifikasi ide siswa
- Merencanakan dan membuat keputusan, guru mengklarifikasi berbagai kemungkinan keputusan yang diambil siswa. Siswa merencanakan tindakan awal sesuai dengan keputusan yang diambil
- Mengintegrasikan, siswa menambah pengetahuan yang lebih baik dan mengembangkan beberapa tindakan yang positif. Guru memberikan motivasi.
3. Model
Pembelajaran Humanistik
Model
pembelajaran humanistik memandang siswa sebagai subjek yang bebas untuk
menentukan arah hidupnya. Siswa diarahkan untuk dapat bertanggungjawab penuh
atas hidupnya sendiri dan juga atas hidup orang lain. Beberapa pendekatan yang
layak digunakan dalam metode ini adalah
pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif. Pendekatan dialogis mengajak siswa
untuk berpikir bersama secara kritis dan kreatif. Guru tidak bertindak sebagai
guru yang hanya memberikan asupan materi yang dibutuhkan siswa secara
keseluruhan, namun guru hanya berperan sebagai fasilitator dan partner dialog.
Pendekatan reflektif mengajak siswa untuk berdialog dengan dirinya sendiri,
artinya siswa ini dituntut untuk berkreativitas sendiri dalam kegiatan belajar
yang dilakukannya tentunya dengan arahan dari guru. Pendekatan ekspresif
mengajak siswa untuk mengekspresikan diri dengan segala potensinya (realisasi
dan aktulisasi diri). Dengan demikian guru tidak mengambil alih tangungjawab,
melainkan sekedar membantu, mendampingi, dan mengarahkan siswa dalam proses
perkembangan diri, penentuan sikap dan pemilahan nilai-nilai yang akan
diperjuangkannya.
Pendidikan humanistik menekankan bahwa pendidikan
pertama-tama dan yang utama adalah bagaimana menjalin komunikasi dan relasi
personal antara pribadi-pribadi dan antar pribadi dan kelompok di dalam
komunitas sekolah. Mendidik tidak sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, melatih
keterampilan verbal kepada para siswa, namun merupakan bantuan agar peserta
didik dapat menumbuh kembangkan dirinya secaraoptimal sesuai dengan esensi
pendidikan sendiri. Mendidik yang efektif pada dasarnya merupakan kemampun
seseorang menghadirkan diri sedemikian sehingga pendidik memiliki relasi
bermakna pendidikan dengan para peserta didik sehingga mereka mampu menumbuhkembangkan
dirinya secara optimal menjadi pribadi dewasa dan matang. Maksudnya adalah
pengarahan kepada siswa bahwa mereka memang membutuhkan pendidikan dan terus
membangun karakter siswa. Guru membantu peserta didik untuk menemukan,
mengembangkan dan mencoba mempraktikkan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki
agar mereka dapat lebih leluasa mengembangkan potensi yang dimilikinya. Di sini
sikap kita sebagai seorang guru sudah selayaknya menghormati, menghargai dan
menerima siswa sebagaimana adanya. Komunikasi dan relasi yang efektif sangat
diperlukan dalam model pendidikan humanistik ini, sebab hanya dalam suasana
relasi dan komunikasi yang efektif, siswa akan dapat mengeksplorasi dirinya,
mengembangkan dirinya, dan kemudian memfungsikan dirinya di dalam masyarakat
secara optimal karena itulah indikator penting yang harus dicapai karena
merupakan tujuan sejati dari pendidikan. Pada realitanya memang masyarakat
membutuhkan pribadi-pribadi yang handal dalam bidang akademis, keterampilan
atau keahlian dan sekaligus memiliki watak atau keutamaan yang luhur.
Singkatnya pribadi yang cerdas, berkeahlian, namun tetap humanis.
Berikut
ini dijelaskan secara ringkas beberapa model pembelajaran humanistik :
·
Humanizing
of the classroom, pendidikan model ini
bertumpu pada tiga hal, yakni menyadari diri sebagai suatu proses pertumbuhan
yang sedang dan akan terus berubah, mengenali konsep dan identitas diri, dan
menyatupadukan kesadaran hati dan pikiran.
·
Active
learning, menjelaskan bahwa belajar membutuhkan
keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan belajar itu
aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka mempelajari
gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka
pelajari. Dalam active learning, cara
belajar dengan mendengarkan saja akan cepat lupa, dengan cara mendengarkan dan
melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat, dan
mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat,
diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, dan cara
untuk menguasai pelajaran yang terbagus adalah dengan mengajarkan. Belajar
aktif cenderung bersifat, menyenangkan, menarik, dan menuntut siswa untuk
cepat.
·
Quantum learning, merupakan cara pengubahan bermacam-macam interaksi, hubungan dan
inspirasi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Dalam prakteknya, quantum learning mengasumsikan bahwa
jika siswa mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secarabaik, maka mereka
akan mampu membuat loncatan prestasi yang tidak bisa terduga sebelumnya dengan
hasil mendapatkan prestasi bagus. Salah satu konsep dasar dari metode ini
adalah belajar itu harus mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana gembira,
sehingga jembatan yang ada di otak akan mampu menyerap informasi baru dan dapat
terekam dengan baik.
·
The
accelerated learning, merupakan pembelajaran yang
berlangsung secara cepat, menyenangkan, dan memuaskan. Dalam model ini, guru
diharapkan mampu mengelola kelas menggunakan pendekatan Somatic, Auditory, Visual, dan
Intellectual (SAVI). Somatic
dimaksudkan sebagai learning by moving
and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory adalalah learning by
talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan
mengambarkan). Intellectual maksudnya
adalah learning by problem solving and
reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi).
Sepertinya ini tugas BPF, hehe :D
BalasHapus#blogwalking
Persoalan mengajar anak di desa itu kadang mereka agak liar. Pengalaman saya di SD di kabupaten Probolinggo Jawa timur ini, siswanya liar tak terkendali mereka susah dikendalikan dan bahasa yang digunakan sangat tidak pantas. Saya sedih kenapa mereka menjadi tidak terarah begini. Saya ingin menyalahkan konten televisi sekaligus orangtuanya
BalasHapusKak Renny Chandradewi, mendidik itu memang memerlukan kesabaran dan effort yang tinggi. Apalagi karakteristik setiap anak berbeda-beda, seperti yang Kak Renny alami.
HapusSaya pikir Kak Renny perlu melakukan pendekatan yang lebih cocok untuk mereka, tentunya kita sebagai pendidik harus memahami cara "masuk" ke dunia mereka. Dengan seperti itu, saya pikir anak-anak akan lebih menerima dan bersahabat pada kita.
Memang betul konten televisi hari ini sudah banyak muatan yang kurang baiknya. Tapi menyalahkan orang lain bukanlah hal bijak yang dilakukan seorang pendidik. Saya sangat mengapresiasi Kak Renny mau menjadi bagian dari mencerdaskan kehidupan bangsa di tempat Kak Renny saat ini. Mari pupuk selalu i'tikad baik bermanfaat bagi orang lain, dengan cara menjadi bagian dari solusi tanpa menyalahkan orang lain.
Terima kasih, semoga Kak Renny sukses selalu. :)