Oleh: Suchy Luchiyanti Pratiwi
Kamis, 15 Mei 2014 Pukul 23.00
“Ibu saya tidak bekerja,
hanya ibu rumah tangga”. Beberapa kali saya mendengar kalimat ini terlontar
dari seorang anak. Atau kalimat ini: “untuk apa perempuan itu sekolah
tinggi-tinggi kalau nantinya juga hanya jadi ibu rumah tangga”. Mendengar
kalimat-kalimat tersebut, telinga saya tak nyaman rasanya. Mulut ini kadang tak
tertahan untuk berkomentar.
Bagi sebagian masyarakat masih melekat kuat pandangan bahwa jika
seorang perempuan itu hanya menjadi ibu rumah tangga (tidak bekerja/berkarir)
maka tak ada yang spesial yang bisa dibanggakan darinya. Rata-rata masyarakat
berpandangan bahwa perempuan sukses itu adalah perempuan yang bekerja dengan
penghasilan yang besar, mampu membeli mobil, perhiasan tanpa perlu menunggu
nafkah dari suaminya.
Pandangan mayoritas masyarakat ini pun ternyata berpengaruh pada
pandangan anak terhadap ibunya. Beberapa anak merasa bahwa tak ada yang patut
dibanggakan jika ibunya hanya ibu rumah tangga dan mereka lebih bangga jika
ibunya sibuk bekerja di luar, banyak menghasilkan uang. Jika memang orientasi
utama dalam kehidupan ini adalah materi, maka pandangan-pandangan seperti
itulah yang akan muncul. Sukses atau tidaknya perempuan hanya dipandang dari
satu sisi saja, yaitu materi.
Padahal pada hakikatnya dalam kehidupan ini kebahagiaan hakiki itu
bukan terletak pada materi. Kata siapa?? Terlalu banyak contoh yang menjadi
bukti bahwa berlimpah materi tak menjamin kehidupan itu akan bahagia. Salah
satu hal yang paling mengusik saya adalah ketika seorang anak tak bangga dengan
ibunya bahkan terkesan malu, hanya karena ibunya tidak bekerja (ibu rumah
tangga).
Jika ibu mu adalah ibu rumah tangga, maka kamu patut berbangga
dengannya. Bagaimana tidak? Dia adalah orang yang luar biasa sukses. Dia
seorang guru yang paling sabar, mengajarkanmu segalanya. Tak hanya pelajaran di
sekolah seperti matematika dan yang lainnya tapi ia juga mengajarkanmu tentang
kehidupan ini semenjak kamu masih dalam kandungannya. Ya, ia adalah madrasah
pertamamu. Dia seorang koki yang hebat. Apapun makanan yang kau sukai, ia pasti
akan memasakannya untukmu. Dan taukah kamu? Ada rasa yang berbeda ketika kamu
memakannya bukan? Makanan seorang ibu akan nyaman di lidahmu. Karena ada kasih
sayang tulus yang menjadi bumbu rahasia. Dia adalah dokter paling keren. Ketika
kamu sakit, bahkan hanya dengan pelukannya saja kamu akan merasakn ada energi
yang menjadikan tubuhmu lebih kuat. Dua tahun ia berikan ASI untukmu agar
benteng pertahanan tubuhmu kokoh. Semuanya itu ibu mu lakukan dengan penuh
keikhlasan hanya untukmu. Dia adalah menteri keuangan yang cerdas. Mengelola
keuangan di rumah tangga agar dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Termasuk
mengelola keuangan untuk kebutuhan mu saat ini dan di masa depan. Tak ada lagi
alasan untuk tak berbangga jika ibu mu adalah ibu rumah tangga.
Jika ibu mu itu bekerja. Maka kamu tak kalah harus berbangga
padanya. Bagaiamana tidak? Ketika ibu mu masih lelah karena baru pulang
bekerja, dengan sabar ia membantumu mengerjakan PR dan membimbingmu belajar.
Dia bangun begitu pagi agar bisa mempersiapkan makanan untuk sarapanmu sebelum
ia pergi bekerja. Sepulangnya bekerja, ia selalu dengan sigap mendengarkan
ceritamu, menanggapi rengekanmu dengan senyuman, menemanimu sampai kamu
tertidur lelap walaupun lelah masih hinggap di tubuhnya. Ketika kamu sakit.
Walaupun hanya sedikit demam, ia akan rela ijin tak bekerja untuk menemanimu.
Karena baginya bekerja ketika kamu sakit akan membuat pikirannya tak fokus,
teringat terus kamu. Luar biasa bukan ibumu? Bukan uang yang menjadi tujuan
utama ia bekerja. Karena baginya, kamu itu tak dapat ditandingkan dengan uang
sebanyak apapun itu. Kamu begitu berharga baginya. Betapa cerdasnya ia.
Mengatur waktu dan segalanya, agar pekerjaan tak menjadikan dirimu kehilangan
sosok ibu. Dia tetap menjalankan perannya sebagai ibu untukmu.
Ibumu ibu rumah tangga atau pun ibu mu itu bekerja, kamu patut
berbangga padanya.
Lalu bagaimana denga ibu yang sibuk bekerja di luar tanpa bisa
menjalankan tugasnya sebagi seorang ibu? Justru di situ lah kesuksesan seorang
perempuan diuji. Perempuan yang sukses bukan dilihat dari ia bekerja atau
tidak. Tak terletak pada besarnya pengahasilan per bulan. Tapi terletak pada
kemampuannya menjalankan perannya sebagai seorang ibu untuk anak-anaknya dan
seorang istri untuk suaminya. Maka kuno rasanya bagi yang masih beranggapan:
”untuk apa sekolah tinggi-tinggi jika nantinya hanya jadi ibu rumah tangga.”
Justru untuk menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga diperlukan banyak ilmu.
Maka jangan lagi aneh melihat seorang perempuan dengan gelar doktor tidak
bekerja diluar, menjadi ibu rumah tangga Bukan berarti hanya yang berpendidikan
tinggi yang bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik. Tapi dibutuhkan banyak
ilmu untuk dapat menjalankan tugas ibu rumah tangga dengan baik. Tingginya
tingkat pendidikan seseorang tak selalu berbanding lurus dengan ilmu yang ia
miliki. Ilmu bisa diperoleh dimana pun. Tak hanya melalui pendidikan formal.
Bukankah Allah telah menebarkan ilmuNya di muka bumi ini. Maka pantaslah bahwa
kewajiban menuntut ilmu itu dari mulai lahir sampai nafas ini tak lagi ada.
Begitu pun untuk seorang ibu dan calon ibu, tak akan pernah berhenti untuk
selalu belajar hingga ajal menjemput.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar