Senin, 11 Maret 2013

Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan


Pada jaman kemajuan teknologi sekarang ini, sebagian besar manusia perilakunya dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan dan kecanggihan teknologi. Banyak orang terbuai dengan teknologi yang canggih, sehingga melupakan aspek-aspek lain dalam kehidupannya, seperti pentingnya membangun relasi dengan orang lain, perlunya melakukan aktivitas sosial di dalam masyarakat, pentingnya menghargai sesama lebih daripada apa yang berhasil dibuatnya, dan lain-lain.
          Seringkali teknologi yang dibuat manusia untuk membantu manusia tidak lagi dikuasai oleh manusia tetapi sebaliknya manusia yang terkuasai oleh kemajuan teknologi. Manusia tidak lagi bebas menumbuhkembangkan dirinya menjadi manusia seutuhnya dengan segala aspeknya. Keberadaan manusia pada zaman ini seringkali diukur dari “to have” (apa saja materi yang dimilikinya) dan “to do” (apa saja yang telah berhasil/tidak berhasil dilakukannya) daripada keberadaan pribadi yang bersangkutan (“to be” atau “being” nya). Dalam pendidikan perlu ditanamkan sejak dini bahwa keberadaan seorang pribadi, jauh lebih penting dan tentu tidak persis sama dengan apa yang menjadi miliknya dan apa yang telah dilakukannya. Sebab manusia tidak sekedar pemilik kekayaan dan juga menjalankan suatu fungsi tertentu. Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh berkembang (menurut Ki Hajar Dewantara menyangkut daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif)). Singkatnya, “educate the head, the heart, and the hand !”
Di tengah-tengah maraknya globalisasi komunikasi dan teknologi, manusia makin bersikap individualis. Mereka “gandrung teknologi”, asyik dan terpesona dengan penemuan-penemuan/barang-barang baru dalam bidang iptek yang serba canggih, sehingga cenderung melupakan kesejahteraan dirinya sendiri sebagai pribadi manusia dan semakin melupakan aspek sosialitas dirinya. Oleh karena itu, pendidikan dan pembelajaran hendaknya diperbaiki sehingga memberi keseimbangan pada aspek individualitas ke aspek sosialitas atau kehidupan kebersamaan sebagai masyarakat manusia. Pendidikan dan pembelajaran hendaknya juga dikembalikan kepada aspek-aspek kemanusiaan yang perlu ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik.
Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.

Sabtu, 09 Maret 2013

Kemukjizatan Alquran tentang Teori Relativitas


Dunia sains modern di awal abad ke-20 M dibuat takjub oleh penemuan seorang ilmuwan Jerman bernama Albert Einstein. Fisikawan berkebangsaan Jerman itu pada tahun 1905 memublikasikan teori relativitas khusus (special relativity theory). Satu dasawarsa kemudian, Einstein yang didaulat Majalah Time sebagai tokoh abad XX itu mencetuskan teori relativitas umum (general relativity theory).
(Albert Einstein)
Teori relativitas itu dirumuskannya  sebagai E=mc2.  Rumus teori relativitas yang begitu populer itu menyatakan bahwa kecepatan cahaya adalah konstan. Teori relativitas khusus yang dilontarkan Einstein berkaitan dengan materi dan cahaya yang bergerak dengan kecepatan sangat tinggi.  Sedangkan, teori relativitas umum menyatakan, setiap benda bermassa menyebabkan ruang-waktu di sekitarnya melengkung (efek geodetic wrap). Melalui kedua teori relativitas itu Einstein menjelaskan bahwa gelombang elektromagnetik tidak sesuai dengan teori gerak Newton. Gelombang elektromagnetik dibuktikan bergerak pada kecepatan yang  konstan, tanpa dipengaruhi gerakan sang pengamat. Inti pemikiran kedua teori tersebut menyatakan dua pengamat yang bergerak relatif terhadap masing-masing akan mendapatkan waktu dan interval ruang yang  berbeda untuk kejadian yang sama.  Meski begitu, isi hukum fisik akan terlihat sama oleh keduanya. Dengan ditemukannya teori relativitas, manusia bisa menjelaskan sifat-sifat materi dan struktur alam semesta.
“Pertamakali saya mendapatkan ide untuk membangun teori relativitas  sekitar tahun lalu (1905). Saya tidak dapat mengatakan secara eksak dari mana ide semacam ini muncul, namun saya yakin ide ini berasal dari masalah optik pada benda-benda yang bergerak,” ungkap Einstein saat menyampaikan kuliah umum di depan mahasiswa Kyoto Imperial University pada 4 Desember 1922.
Benarkah Einstein pencetus teori relativitas pertama? Di Barat sendiri ada yang meragukan bahwa teori relativitas pertama kali ditemukan Einstein, sebab ada yang berpendapat bahwa  teori relativitas pertama kali diungkapkan oleh Galileo Galilei dalam karyanya bertajuk Dialogue Concerning the World's Two Chief Systems pada tahun 1632. Teori relativitas merupakan revolusi dari ilmu matematika dan fisika. Sejatinya, 1.100 tahun sebelum Einstein mencetuskan teori relativitas, ilmuwan Muslim di abad ke-9 M telah meletakkan dasar-dasar teori relativitas. Adalah saintis dan filosof legendaris  bernama Al-Kindi yang mencetuskan teori itu.
(Al-Kindi)
Sesungguhnya tak mengejutkan jika ilmuwan besar sekaliber Al-Kindi telah mencetuskan teori itu pada abad ke-9 M.  Apalagi, ilmuwan kelahiran Kufah tahun 801 M itu pasti sangat menguasai  kitab suci Alquran.  Sebab, tak diragukan lagi jika ayat-ayat Alquran mengandung pengetahuan yang absolut dan selalu menjadi kunci tabir misteri yang meliputi alam semesta raya ini. Aya-ayat Alquran yang begitu menakjubkan inilah yang mendorong para saintis Muslim di era keemasan mampu meletakkan dasar-dasar sains modern. Sayangnya, karya-karya  serta pemikiran para saintis Muslim dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah  ditutup-tutpi dengan cara-cara yang sangat jahat.

Teori Fisika Hawking, Mengungkap Perjalanan Isra Mi'raj Rasulullah saw.

 Salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW adalah diperjalankannya beliau oleh Allah SWT melalui peristiwa Isra’ Mi’raj. Banyak yang coba mengungkapkan peristiwa tersebut secara ilmiah, salah satunya melalui Teori Fisika paling mutahir, yang dikemukakan oleh Dr. Stephen Hawking.
 
Teori Lubang Cacing
Raksasa di dunia ilmu fisika yang pertama adalah Isaac Newton (1642-1727) dengan bukunya: Philosophia Naturalis Principia Mathematica, menerangkan tentang konsep Gaya dalam Hukum Gravitasi dan Hukum Gerak. Kemudian dilanjutkan oleh Albert Einstein (1879-1955) dengan Teori Relativitasnya yang terbagi atas Relativitas Khusus (1905) dan Relativitas Umum (1907). Dan yang terakhir adalah Stephen William Hawking, CH, CBE, FRS (lahir di Oxford, Britania Raya, 8 Januari 1942), beliau dikenal sebagai ahli fisika teoritis.
Dr. Stephen Hawking dikenal akan sumbangannya di bidang fisika kuantum, terutama sekali karena teori-teorinya mengenai teori kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam, dan tulisan-tulisan topnya di mana ia membicarakan teori-teori dan kosmologinya secara umum. Tulisan-tulisannya ini termasuk novel ilmiah ringan A Brief History of Time, yang tercantum dalam daftar bestseller di Sunday Times London selama 237 minggu berturut-turut, suatu periode terpanjang dalam sejarah.
§  Berdasarkan Teori Roger Penrose:
“Bintang yang telah kehabisan bahan bakarnya akan runtuh akibat gravitasinya sendiri dan menjadi sebuah titik kecil dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, sehingga menjadi sebuah singularitas di pusat lubang hitam (black hole)“.
§  Dengan cara membalik prosesnya, maka diperoleh teori berikut:
Lebih dari 15 milyar tahun yang lalu, penciptaan alam semesta dimulai dari sebuah singularitas dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, meledak dan mengembang. Peristiwa ini disebut Dentuman Besar (Big Bang), dan sampai sekarang alam semesta ini masih terus mengembang hingga mencapai radius maksimum sebelum akhirnya mengalami “Keruntuhan Besar” (kiamat) menuju singularitas yang kacau dan tak teratur. Dalam kondisi singularitas awal jagat raya, Teori Relativitas, karena rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga akan menghasilkan besaran yang tidak dapat diramalkan.

Fisika Teoritis


Fisika teoretis meliputi model matematika dan abstraksi fisika di dalam usaha untuk menjelaskan data eksperimen yang diambil dari alam semesta. Inti pusatnya adalah fisika matematika, meskipun teknik konseptual lain juga digunakan. Tujuannya adalah untuk merasionalisasi, menjelaskan, dan memprediksi fenomena fisika. Kemajuan sains gayut secara umum pada hubungan antara studi eksperimen dan teori.

Dalam beberapa kasus, fisika teoretis mengikuti standar ketelitian matematika sementara memberi bobot kecil terhadap eksperimen dan pengamatan. Fisika teoretis mencoba membuat dunia mengerti dengan membuat model kenyataan, digunakan untuk merasionalisasikan, menjelaskan, dan memperkirakan fenomena fisika melalui "teori fisika". Ada 3 tipe teori dalam fisika: teori mainstream, teori yang diusulkan dan teori pinggir. Beberapa teori fisika dilatarbelakangi oleh pengamatan, sedangkan lainnya tidak. Teori fisika merupakan model teori fisika dan tak bisa dibuktikan dari aksioma dasar. Teori fisika berbeda dari teorema matematika. Teori fisika memperagakan kenyataan dan merupakan pernyataan dari apa yang telah diamati, dan menyediakan perkiraan pengamatan baru. Teori fisika dapat diterima jika sanggup membuat benar perkiraan dan menghindari yang salah. Semua lainnya sama, teori fisika yang lebih sederhana cenderung diterima atas teori yang kompleks. Teori fisika juga lebih mungkin diterima jika menghubungkan jajaran luas fenomena. Proses pengujian teori fisika merupakan bagian metode ilmiah.
Fisika teoretis hanyalah salah satu bagian penting fisika. Bagian lainnya ialah fisika eksperimental dan fisika matematis. Perbedaan antara fisika teoretis dan fisika matematis ialah bahwa fisika matematis menemukan kekerasan matematis yang diperlukan dalam matematika untuk menjadi lebih penting daripada kontak dengan percobaan dan pengamatan.

Selasa, 15 Januari 2013

Model Pembelajaran Personal-Humanistik


       1.    Belajar dan Pembelajaran
Yang dimaksud dengan belajar adalah proses perubahan tingkah laku siswa yang terjadi secara berkesinambungan pada diri siswa tersebut. Proses belajar ini lazimnya atau umumnya tidak banyak ditentukan oleh faktor genetik. Perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang terjadi dalam pengetahuan, keterampilan, sikap, kepribadian, pandangan hidup, persepsi, norma-norma, motivasi, paradigma, dan yang lainnya. Perubahan yang terjadi pada siswa ini dapat terjadi secara unsur kebetulan atau terjadi dengan kesengajaan bahwa siswa ini telah mengkonsep indikator apa yang akan dicapai setelah ia melalui proses pembalajaran ini.
Pembelajaran bukanlah suatu konsep atau praktik yang sederhana, melainkan bersifat kompleks dan menjadi tugas, serta tangggung jawab kita sebagai calon seorang guru tentunya dalam membelajarkan siswanya nanti. Pengelolaan pembelajaran yang baik harus dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan dan prinsip-prinsip pembelajaran, karena di sini pengelolaan dalam pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dimiliki oleh seorang pendidik.
Dalam proses pembelajaran kerap kali muncul permasalaahan-permasalahan yang amat kompleks. Strategi dan manajemen guru untuk mengatasi masalah pembelajaran sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Misalnya ketika kita mengajar dalam sebuah kelas, tidak semua kemampuan siswa itu sama, melainkan mereka mempunyai keunikan tersendiri yang dimilikinya masing-masing. Nah di sini tugas kita adalah mencari dan mengaplikasikan berbagai metode pembelajaran untuk menghadapi siswa-siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda itu.
2.    Model Pembelajaran Personal
Model pembelajaran personal bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada siswa agar dapat memahami keberadaan dirinya sendiri secara baik, bertanggung jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Jadi, model personal lebih menekanan pada kesadaran pribadi dalam proses pembelajaran.