Selasa, 25 Maret 2014

Proses Terjadinya Aurora



Aurora merupakan pancaran cahaya pada langit daerah lintang tinggi sebagai akibat atas pembelokan partikel angin matahari oleh magnetosfer ke arah kutub serta adanya reaksi dengan molekul-molekul atmosfer. Angin matahari merupakan energi yang dipancarkan matahari ketika “sunspot” matahari tidak sanggup lagi menahan tekanan dari aliran energi matahari.
Perjalanan angin matahari menuju bumi, dapat ditempuh selama selang waktu 18 jam s.d 2 hari perjalanan antariksa. Ketika melewati Merkurius dan Venus, angin matahari akan langsung begitu saja menerpa atmosfernya, sehingga planet tersebut mengalami peningkatan suhu yang luar biasa akibat dari terpaan aliran proton dan elektron yang dibawanya. Namun demikian, lain halnya ketika angin matahari itu menghantam bumi. Bumi dilapisi oleh medan magnet terdiri dari beberapa lapisan, dengan lapisan terbawahnya, sabuk radiasi van allen (yang berada di sekitar khatulistuwa). Sabuk van allen melindungi bumi dari terpaan partikel angin matahari.
Keterangan gambar: Angin matahari ditunjukkan pada garis kuning sedang medan magnet bumi ditunjukkan pada garis biru.


Ketika angin matahari menerpa magnetosfer bumi, partikel-partikel angin matahari dibelokkan dan tartarik menuju kutub medan magnet bumi. Semakin tinggi energi partikel angina matahari, maka semakin dalam lapisan magnetosfer yang berhasil ditembus olehnya. Aliran partikel yang tertarik ke kutub medan magnet bumi akan bertumbukan dengan atom-atom yang ada di atmosfer. Energi yang dilepaskan akibat reaksi dari proton dan elektron yang bersinggungan dengan atom-atom di atmosfer, dapat dilihat secara visual melalui pendar cahaya yang berwarna-warni di langit, hal inilah yang sering kita kenal dengan sebutan aurora. Di kutub utara bumi, aurora ini disebut sebagai aurora borealis, sedangkan di kutub selatan, disebut sebagai aurora australis.
Reaksi antara partikel angin matahari dengan atmosfer bumi menghasilkan berbagai macam warna pada aurora. Perbedaan warna ini dipengaruhi oleh jenis atom penyusun atmosfer yang berinteraksi dengan proton dan elektron yang dimiliki angin matahari. Pada ketinggian di atas 300 km, partikel angin matahari akan bertumbukan dengan atom-atom hidrogen sehingga terbentuk warna aurora kemerah-merahan. Semakin turun, yakni pada ketinggian 140 km, partikel angin matahari bereaksi dengan atom oksigen yang membentuk cahaya aurora berwarna biru atau ungu. Sementara itu, pada ketinggian 100 km, proton dan elektron bersinggungan dengan atom oksigen dan nitrogen sehingga aurora tervisualisasikan dengan warna hijau dan merah muda.
Berikut ini adalah beberapa aurora di beberapa tempat yang terangkap kamera:

 



SUMBER:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar