“Organisasi ibarat sebuah api unggun dan kader-kadernya adalah kayu
bakarnya. Untuk membuat api terus membesar harus ada kayu bakar baru yang
tersedia”, (Riend, 2011). Proses regenerasi memiliki peran penting dalam kelangsungan organisasi.
Jika proses regenerasi tersebut terhambat, maka proses berjalannya organisasi
itu juga akan terganggu seperti api unggun yang kehabisan kayu bakar. Pentingnya
regenerasi menjadikan bagian pengkaderan dalam organisasi memiliki peran sentral
untuk senantiasa menyediakan stok kader agar sebuah organisasi bisa tetap
hidup. Namun demikian proses pengkaderan bukanlah suatu persoalan sederhana.
Hal ini menyangkut keseluruhan pembentukan pemikiran, kepribadian, dan perilaku
yang diharapkan sebuah organisasi terhadap anggotanya. Sehingga dibutuhkan
mekanisme yang baik dalam rangka mencetak output kader yang diharapkan.
Kaderisasi dari masa ke masa telah digulirkan,
dinamika organisasi pun terus berputar di rumah kita, Himpunan Mahasiswa Fisika
Universitas Pendidikan Indonesia (HMF UPI). Pada masanya, selalu banyak
pemikiran dan berbagai ide untuk merencanakan peleksanaan proses
kaderisasi/regenerasi dengan baik untuk menciptakan kader-kader himpunan yang
memiliki loyalitas tinggi terhadap HMF. Pro dan kontra yang terjadi dalam
kegiatan kaderisasi ini selalu ada dan tergolong “panas” dari masa ke masanya. Misalkan
saja dari nama kegiatan kaderisasi di himpunan kita ini yang bermula dari “Remafis”,
“PAB”, Sekolah Kaderisasi”, dan yang lainnya. Perubahan nama tersebut tentu
berlandaskan argumen-argumen logis yang disesuaikan dengan kebutuhan himpunan
di masanya.
Dewasa ini, output-output yang dihasilkan dalam beberapa generasi dinilai mengalami penurunan dari generasi-generasi sebelumnya. Semisal kurang solid diantara teman seangkatan, acuh dan tidak mau berkontribusi untuk himpunan, kurang sopan dan beretika terhadap teman seangkatan, warga himpunan, maupun dosen yang mengajar di Jurusan Pendidikan Fisika. Atas dasar hal tersebut, perlu dilakukan perubahan pola pengkaderan yang dilaksanakan di HMF tercinta ini.
Dewasa ini, output-output yang dihasilkan dalam beberapa generasi dinilai mengalami penurunan dari generasi-generasi sebelumnya. Semisal kurang solid diantara teman seangkatan, acuh dan tidak mau berkontribusi untuk himpunan, kurang sopan dan beretika terhadap teman seangkatan, warga himpunan, maupun dosen yang mengajar di Jurusan Pendidikan Fisika. Atas dasar hal tersebut, perlu dilakukan perubahan pola pengkaderan yang dilaksanakan di HMF tercinta ini.
Seperti apakah pola pengkaderan yang baik?
potret kecil kegiatan PAB 2011... "siii senasib" |
Hingga saat ini, belum ada aturan baku yang memiliki standarisasi
baik dalam sebuah pola kaderisasi/regenerasi di organisasi mana pun, termasuk
di HMF. Pola-pola tersebut biasanya disesuaikan dengan kebutuhan kader
organisasi yang dijalani. Namun, dari beberapa pola kaderisasi/regenerasi yang
saya ketahui sampai saat ini di himpunan-himpunan mahasiswa di beberapa
perguruan tinggi ialah menciptakan kader himpunan yang memiliki loyalitas
tinggi dan memiliki solidaritas yang tinggi terhadap himpunannya maupun
angkatannya.
Untuk mencapai mencapai tujuan tersebut banyak cara yang bisa digunakan. Di HMF, pola pengkaderan yang direncanakan berlandaskan pada Pola Umum Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Anggota (PUPPSDA) yang dibentuk di Musyawarah Mahasiswa (MUMAS HMF) dan Kurikulum Kaderisasi yang disusun oleh Ketua dan Sekretaris Bidang Pengembangan Organisasi/Bidang Kaderisasi HMF. PUPPSDA HMF menjelaskan gambaran umum kaderisasi sebagai berikut:
Untuk mencapai mencapai tujuan tersebut banyak cara yang bisa digunakan. Di HMF, pola pengkaderan yang direncanakan berlandaskan pada Pola Umum Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Anggota (PUPPSDA) yang dibentuk di Musyawarah Mahasiswa (MUMAS HMF) dan Kurikulum Kaderisasi yang disusun oleh Ketua dan Sekretaris Bidang Pengembangan Organisasi/Bidang Kaderisasi HMF. PUPPSDA HMF menjelaskan gambaran umum kaderisasi sebagai berikut:
Tahapan PUPPSDA terdiri dari:
Tahap Dasar: tahapan yang diikuti anggota muda yang dilakukan untuk mengidentifikasi potensi dasar untuk membina kepribadian anggota.
Tahap Menengah: tahapan yang diikuti anggota muda yang dilakukan untuk membina dan mengembangkan kemampuan nalar dan manajerial organisasi, untuk melantik anggota muda menjadi anggota biasa, serta memberikan sertifikasi anggota biasa.
Tahap Aplikasi: tahap implementasi dari tahap dasar dan tahap menengah berupa pelibatan anggota biasa dalam seluruh kegiatan organisasi baik internal HMF maupun eksternal HMF.
Selanjutnya, kurikulum kaderisasi menjelaskan tujuan kaderisasi berlandaskan gambaran pada PUPPSDA sebagai berikut:
Tahap Dasar: tahapan yang diikuti anggota muda yang dilakukan untuk mengidentifikasi potensi dasar untuk membina kepribadian anggota.
Tahap Menengah: tahapan yang diikuti anggota muda yang dilakukan untuk membina dan mengembangkan kemampuan nalar dan manajerial organisasi, untuk melantik anggota muda menjadi anggota biasa, serta memberikan sertifikasi anggota biasa.
Tahap Aplikasi: tahap implementasi dari tahap dasar dan tahap menengah berupa pelibatan anggota biasa dalam seluruh kegiatan organisasi baik internal HMF maupun eksternal HMF.
Selanjutnya, kurikulum kaderisasi menjelaskan tujuan kaderisasi berlandaskan gambaran pada PUPPSDA sebagai berikut:
Tujuan Kaderisasi ini adalah menyiapkan kader-kader HMF yang berkualitas dan menjadi penerus dari keberlangsungan HMF. Indikator keberhasilan kader yang dimaksud di atas dideskripsikan dengan tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum: Seimbang Jasmani, Rohani, dan Akal.
Tujuan khusus: Kritis, Solid, Tanggung Jawab, Disiplin, Sopan Santun, dan Tangguh.
Sudah banyak pola pengaderan tersebut diterjemahkan dalam bentuk
kegiatan kaderisasi yang mengundak banyak pro-kontra yang “panas” baik dari
pandangan pengurus dan warga HMF yang lain. Berikut ini akan saya paparkan solusi
pola pengkaderan yang cocok digunakan di himpunan kita, HMF UPI, pada jaman
sekarang. Paparan ini merupakan hasil diskusi saya, Ramli Yana (angkatan
2010) dengan beberapa orang kakak tingkat dan kajian malam bersama Sdr. Dinar
Ginanjar (angkatan 2011) dan Sdr. M. Marzuqi Abdullah
(ketua angkatan 2011).
Tahap dasar dan tahap menengah yang dijelaskan
dalam PUPPSDA diimplementasikan dalam kegiatan kaderisasi mahasiswa baru untuk
mengubah statusnya dari AM menjadi AB dan menanamkan loyalitas terhadap
himpunan. Dalam tahap ini, cukup dititikberatkan pada tujuan “Solid”, tanpa
mengabaikan tujuan-tujuan lainnya. Dengan cara seperti itu, diharapkan dapat
terjadi kesolidan yang tinggi di angkatan maru (mahasiswa baru) yang dikader
untuk berkontribusi bersama-sama di HMF. Solusi konkrit yang ditawarkan ialah
menlaksanakan kegiatan Remafis (Regenerasi Mahasiswa Fisika) di awal
kaderisasi. Mengapa Remafis? Nama Remafis cocok digunakan karena tujuan utama
kaderisasi di HMF adalah untuk menciptakan regenerasi yang baik untuk
keberlangsungan HMF. Selain itu, dengan mengadopsi konsep Remafis (berdasarkan
obrolan dengan kakak tingkat di angkatan 1997, 1998, 2001, 2002, 2003, 2004,
2005, 2006, 2007, 2008, 2009) mampu menonjolkan kembali ciri khas HMF dengan
Remafis-nya. Setelah itu, hal ini juga bertujuan untuk meminimalisir maru-maru
yang bosan dan jenuh dengan lamanya kegiatan kaderisasi yang diharapkan dan
menanamkan dogma-dogma/doktrin-doktrin HMF kepada maru agar pikiran mereka
masih “fresh” sehingga dapat membuat mereka memiliki kepedulian tinggi terhadap
HMF. Dalam kegiatan Remafis ini juga harus mengundang warga HMF lainnya untuk
membantu proses penanaman dogma-dogma dan doktrin-doktrin himpunan kepada maru.
Selain itu, kehadiran warga-warga himpunan bisa mempererat tali silaturahmi
diantara seluruh lapisan warga HMF. Hal yang jangan dilupakan dalam dalam/pasca
kegiatan remafis ini ialah “merangkul” maru yang dikader agar lebih dekat
dengan pengurus dan warga HMF supaya membuat maru tersebut merasa betah dan
bangga memiliki rumah HMF.
Untuk tahap Aplikasi yang dijelaskan dalam PUPPSDA diimplementasikan melalui kegiatan kaderisasi pasca kaderisasi di dalam/luar kepengurusan himpunan. Setelah mengadakan kegiatan Remafis, kegiatan kaderisasi yang dilakukan dapat berupa pengenalan HMF secara lebih mendalam, pembekalan jiwa spiritual, penanaman jiwa kemahasiswaan (LKM), dan lain sebagainya. hal ini dilakukan untuk menciptakan bibit-bibit penerus HMF untuk ke depannya. Setelah itu, pengimplementasian tahap ini dilaksanakan di kepengurusan HMF. Pengurus inti yang menjabat di himpunan harus mampu menjalankan kepengurusan di masanya dengan optimal dan mempersiapkan calon penerusnya untuk kepengurusan selanjutnya. Disini tujuan-tujuan lain kaderisasi seperti kritis, tanggung jawab, disiplin, sopan santun, dan tangguh dijadikan orientasi utama dalam menjalankan roda organisasi di HMF. Selain itu kaka tingkat yang dulunya pernah menjabat di organisasi juga harus memberikan bimbingan kepada adik tingkat yang menjabat sebagai pengurus himpunan dalam hal keorganisasian.
Untuk tahap Aplikasi yang dijelaskan dalam PUPPSDA diimplementasikan melalui kegiatan kaderisasi pasca kaderisasi di dalam/luar kepengurusan himpunan. Setelah mengadakan kegiatan Remafis, kegiatan kaderisasi yang dilakukan dapat berupa pengenalan HMF secara lebih mendalam, pembekalan jiwa spiritual, penanaman jiwa kemahasiswaan (LKM), dan lain sebagainya. hal ini dilakukan untuk menciptakan bibit-bibit penerus HMF untuk ke depannya. Setelah itu, pengimplementasian tahap ini dilaksanakan di kepengurusan HMF. Pengurus inti yang menjabat di himpunan harus mampu menjalankan kepengurusan di masanya dengan optimal dan mempersiapkan calon penerusnya untuk kepengurusan selanjutnya. Disini tujuan-tujuan lain kaderisasi seperti kritis, tanggung jawab, disiplin, sopan santun, dan tangguh dijadikan orientasi utama dalam menjalankan roda organisasi di HMF. Selain itu kaka tingkat yang dulunya pernah menjabat di organisasi juga harus memberikan bimbingan kepada adik tingkat yang menjabat sebagai pengurus himpunan dalam hal keorganisasian.
potret kecil kegiatan PAB 2013... "atuhlaaaahhh" |
Terlepas dari draf PUPPSDA dan Kurikulum
Kaderisasi yang berganti-berganti sesuai masanya, hal yang saya paparkan di
atas jika diimplementasikan dengan baik akan menghidupkan kembali HMF sebagai
himpunan yang memiliki ciri khas. Mengapa harus memiliki ciri khas tersebut? Karena
kita HMF! Jika hal telah saya paparkan di atas dijalankan dengan baik, kami
rasa HMF akan lebih maju lagi ciri khas mahasiswa fisika UPI sebagai mahasiswa
yang dibanggakan oleh semua kalangan akan mampu disandang semua warga HMF.
Selain itu, kita sebagai warga HMF, terutama
yang masih aktif kuliah harus menunjukkan jiwa mahasiswa kita. Kritis merupakan
hal yang wajib kita miliki agar tidak terpandang sebagai mahasiswa “bodoh”. Sopan
santun menjadi hal utama yang harus dimiliki. Sikap sopan tersebut harus
diterapkan kepada semua kalangan, tanpa pandang jabatan/label, terhadap adik
tingkat, teman seangkatan, kakak tingkat, dosen, dan siapa pun. Sopan santun
inilah yang menjadi penilaian utama orang lain terhadap kita. Tak usah sopan
hanya kepada orang penting saja.
Hidup Mahasiswa! HMF Jaya! Aku cinta rumahku,
HMF!
SUMBER:
Ram bukannya sistem sekolah kaderisasi HMF malah jadi percontohan kaderisasi2 di beberapa jurusan lain ya ?
BalasHapus