fenomena pelangi |
Pelangi merupakan fenomena optik dan meteorologi yang menghasilkan spektrum
cahaya yang hampir bersambung di langit apabila matahari bersinar setelah
terjadinya hujan. Proses terjadinya pelangi bermula ketika
cahaya matahari melewati sebuah tetes hujan yang kemudian dibiaskan (dibelokkan)
menuju tengah tetes hujan tersebut dan memisahkan cahaya putih itu menjadi sebuah
warna spektrum. Hal ini dinamakan proses disperse cahaya, yaitu pembiasan
cahaya (dari hasil transmisi cahaya) yang mengkonversikan cahaya monokromatis
(satu warna berupa cahaya putih matahari) menjadi polikromatis (spektrum yang
dibentuk pelangi). Kemudian warna-warna yang terpisah ini memantul di belakang
tetes hujan dan memisah lebih banyak lagi saat meninggalkannya. Akibatnya,
cahaya tampak melengkung menjadi kurva warna yang disebut sebagai pelangi.
Cahaya dengan panjang gelombang terpendek (ungu) terdapat di bagian dalam kurva
dan cahaya yang memiliki panjang gelombang terpanjang (merah) terdapat pada
bagian luar, sehingga terbentuklah pola warna dari hasil pendispersian cahaya
putih berupa pelangi yang memiliki spektrum warna merah-jingga-kuning-hijau-biru-nila-ungu.
pola dispersi sinar putih menjadi spektrum warna |
Proses terjadinya pelangi ini pertama kali diamati oleh Sir Isaac
Newton (Inggris) pada abad ke-17 melalui percobaannya waktu itu. Newton menemukan
bahwa cahaya putih matahari sebenarnya merupakan campuran dari cahaya berbagai
warna. Ia menyorotkan sedikit sinar matahari melalui sebuah prisma kaca
berbentuk segitiga dalam sebuah ruang gelap. Bentuk prisma tersebut membuat
berkas sinarnya membelok dan kemudian memisah menjadi suatu pita cahaya yang
lebar. Di dalam pita ini, Newton melihat spektrum warna dari pola dispersi yang
dibentuk. Spektrum warna ini adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila
dan ungu. Cahaya bergerak dalam bentuk gelombang karena sifatnya yang memiliki dualisme
gelombang partikel (pada saat tertentu bisa bersifat sebagai gelombang dan pada
saat tertentu bisa bersifat sebagai partikel). Panjang gelombang yang dimiliki
akan menentukan warna pada cahaya. Pelangi dan efek cahaya lain di langit
disebabkan oleh cahaya yang membias menjauhi garis normal pada partikel.
SUMBER:
Tipler, P. A., 1991. Fisika
untuk Sains dan Teknik, Edisi ketiga, Jilid 2. (Terjemahan Dra. Lea P. M.Sc.
dan Rahmat W Adi, Ph.D.). Erlangga: Jakarta.
taks atas infonya
BalasHapusok sama-sama :)
Hapus